Kisah Misteri 'Domba Lukutan' di Kawah Putih
Keindahan kawasan Rancabali, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dikenal karena eksotismenya. Hamparan kawah berwarna putih yang cukup luas jadi pemandangan utama.
Sesekali warna air kawah itu berubah jadi kehijauan. Eksotisme itu bertambah dengan bebatuan berwarna putih di sekitar kawah dan pohon-pohon kering.
Tak heran, lokasi sekitar juga jadi tempat favorit untuk foto prewedding. Bahkan banyak yang hanya sekadar ingin rehat dari kepenatan aktvitas sehari-hari dengan melihat pemandangan di sana.
Untuk mencapai lokasi, Anda harus menggunakan kendaraan yang disebut dengan ontang-anting. Sedangkan kendaraan yang Anda bawa diparkir di bawah dekat pintu gerbang.
Setelah tiba di area parkir atas, Anda harus berjalan kaki sekira 100 meter untuk bisa menikmati keindahan Kawah Putih. Begitu masuk ke lokasi, bau belerang akan tercium, pemandangan indah pun langsung tersaji.
Berbeda dengan kawah di tempat lain, Kawah Putih bisa disentuh langsung karena Gunung Patuha yang menaunginya sudah tidak aktif.
Tapi di balik segala keindahan Kawah Putih, ternyata ada sejumlah misteri yang sempat menyelimutinya. Sejak dulu, Gunung Patuha dikenal angker. Nama Gunung Patuha sendiri berasal dari kata Pak Tua. Artinya, gunung itu adalah yang tertua di Pulau Jawa.
Keangkeran Gunung Patuha menyebar dari mulut ke mulut. Zaman dulu, tak ada orang yang berani mendekati gunung itu. Bahkan, burung pun takut melintas di atas gunung tersebut.
Cerita itu kemudian sampai ke telinga Franz Wilhelm Junghun yang merupakan seorang botanis kelahiran Jerman. Pada 1837, Junghun melakukan penelitian di Gunung Patuha. Ia tak mempedulikan berbagai cerita tentang keangkeran Gunung Patuha.
Gunung Patuha yang masih berupa hutan belantara kala itu ditembus Junghun dengan tekad memecahkan misteri yang membuat bulu kuduk warga saat itu merinding. Tak disangka, perjalanan Junghun saat itu justru berhasil memecahkan misteri.
Ia menemukan sebuah danau kawah yang indah. Bau belerang pun menyengat. Setelah diteliti, kandungan belerang di kawah itu ternyata sangat tinggi. Itulah yang menyebabkan burung enggan melintas di atas gunung setinggi 2.436 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu.
Selepas penemuan itu, di lokasi sempat dibangun pabrik belerang bernama Zwavel Ontgining Kawah Putih. Pabrik itu dibangun saat masa kolonial Belanda. Saat Indonesia dijajah Jepang, pabrik itu tetap dikelola dan berganti nama jadi Kawah Putih Kenzaka Gokoya Ciwidey.
Nama Kawah Putih sendiri merujuk pada warna air kawah yang didominasi warna putih. Sementara seiring perkembangan zaman, Kawah Putih akhirnya jadi lokasi wisata. Bahkan saat ini, jadi salah satu destinasi wisata utama di Kabupaten Bandung.
Tapi ada misteri lain yang belum terungkap hingga kini. Warga sekitar meyakini jika di puncak Gunung Patuha yang disebut Puncak Kapuk merupakan tempat pertemuan para leluhur di waktu-waktu tertentu.
Warga setempat meyakini jika di Puncak Kapuk terdapat makam leluhur. Tak hanya itu, warga juga meyakini jika ada salah satu hewan peliharaan leluhur yang sering menampakkan diri. Hewan peliharaan itu berupa seekor domba berwarna kehijauan mirip lumut.
Foto : Fibrani.blogspot.com |
Namun di balik misteri itu, warga setempat ternyata punya tradisi yang tetap terjaga hingga kini. Tradisi ruwatan jadi tradisi tahunan. Berbagai macam sesajen tersaji saat ruwatan. Ruwatan itu dinilai sebagai wujud rasa syukur pada Sang Maha Pencipta dengan dipimpin pemangku adat. (Okezone.com)
Posting Komentar untuk "Kisah Misteri 'Domba Lukutan' di Kawah Putih"