Cerita Horor : KKN di Desa Penari, Versi Nur | Part 5

Foto : Twitter / @SimpleM81378523 (edit: riandi96).
Hai sobat semuanya. Bagi yang belum baca cerita ini dari Part 1 (silahkan di klik). Nah di bawah ini merupakan kelanjutan dari Cerita Horor : KKN di Desa Penari, Versi Nur | Part 4  

 "Nur, kancamu iku loh kok aneh seh" (Nur, temanmu itu kok aneh sih) tiba-tiba, Anton mengatakan itu.

"aneh? sopo?" (aneh, siapa?)

"sopo maneh, kancamu, Bima" (siapa lagi, temanmu, si Bima)

"aneh yo opo?" (aneh bagaimana?)

"aku gelek ndelok cah kui ngomong dewe, ngguya-ngguyu dewe nang kamar, trus, sepurane yo Nur, aku tau ndelok arek' Onani" (aku sering melihat anak itu bicara sendiri, tersenyam-senyum di kamar, bahkan, aku pernah melihatnya, mohon maaf ya Nur, anak itu Onani dalam kamar)

Nur yang mendengar itu tidak bereaksi apapun, hanya berucap"halah, gak mungkin lah" seakan apa yang dikatakan Anton hanya gurauan.

"temen? sumpah!!" (serius? beneran!!)

"ambek, ojok ngomong sopo-sopo yo, temen yo, tak kandani?" (sama, tapi janji jangan bilang siapa-siapa ya).

"kancamu kui, gelek gowoh muleh sesajen, trus, di deleh nang nisor bayang'e," (temanmu itu, sering membawa pulang sesajen, trus dia menaruh benda itu di bawah ranjang)

Nur masih mencoba menahan diri, ia masih tidak bereaksi mendengar Bima di tuduh seperti itu oleh Anton.

namun, seketika emosi Nur tak terbendung saat Anton mengatakan itu.

"trus, nang ndukur Sesajen iku, onok fotone kancamu, Widya, opo, Bima kate melet Widya yo" (trus, di atas sesajen itu, aku menemukan foto temanmu, Widya, apa, Bima mau pelet si Widya ya)

"awakmu gor di jogo yo lambene, ojok maen fitnah yo" (kamu itu, tolong di jaga mulutnya, jangan maen fitnah seperti ini)

"nek awakmu gak percoyo, ayok tak jak nang kamare, ben awakmu ndelok, nek aku gak mbujuk" (kamu kalau gak percaya ayo sini ikut, tak tunjukkan kalau aku tidak pernah berbohong)

mendengar Anton menantang seperti itu, saat itu juga, Nur mengikuti Anton yang tengah berjalan menuju tempat mereka menginap.

seketika Nur tidak bisa berbicara apa-apa saat melihat itu di depan mata kepalanya sendiri, seperti Nur ingin menghantam kepala Bima saat itu juga. ia tidak pernah tahu, Bima segila ini.

teman sepondok pesantrenya jadi seperti ini.

"aku wani ngajak awakmu awan ngene soale aku apa nek ngene iki, Bima nang kebon kaspe ambek Ayu, nggarap proker'e, gak masalah opo-opo, tapi, asline aku wedi yu, ben bengi, aku krungu suoro arek wedok nang kene"

(alasan kenapa aku berani ngajak kamu kesini karena aku tahu, si Bima dan Ayu pasti sekarang garap prokernya di kebun ubi, bukan masalah apa-apa sih, tapi sebenarnya aku takut, setiap malam, aku dengar suara perempuan disini)

ucapan Anton yang terakhir, membuat Ayu tidak dapat bicara lagi, saat ia, termenung sendiri, entah kenapa, insting Nur, mengatakan ada yang di sembunyikan oleh temanya.

"sopo sing nang kamar ambek Bima?" (siapa yang ada dikamar sama Bima?)

"yo iku masalahne" (itu masalahnya)

"ben tak enteni cah iku metu, gak onok sing metu takan kamare" (setiap tak tungguin, tidak ada yang keluar dari kamarnya)

Nur, tiba-tiba mendekati almari, ia merasa mendengar sesuatu disana. tepat ketika, almari itu terbuka, Nur dan Anton tersentak kaget saat melihat, ada ular didalamnya.

Ular itu berwarna hijau, kemudian lenyap setelah melewati jendela posyandu.

Anton dan Nur hanya saling menatap satu sama lain, tidak ada hal lagi yang harus mereka bicarakan.

semenjak saat itu, Nur selalu mengawasi Bima, bahkan ketika akhirnya pak Prabu tiba-tiba mengatakan bahwa mereka semua akan tinggal satu atap, meski terpisah dengan sekat. dari situ juga, Nur jadi lebih tahu, Bima seringkali mengawasi Widya tanpa sepengetahuan siapapun.

Yang paling tidak bisa Nur lupakan adalah, saat ia bertanya perilah kenapa ia jarang melihat Bima sholat lagi. Bima selalu berdalih, tidak ada alasan kenapa ia harus mengatakan pada orang saat ia beribadah.

meski Bima selalu bisa membalik pertanyaan Nur, ia tahu, Bima berbohong

puncaknya, ketika itu, sore hari, Nur barusaja selesai sholat asar di dalam kamar, tiba-tiba, ia mendengar suara bising dari samping kamar, Nur pun beranjak, mencari sumber suara.

manakala ketika ia mencari, ia melihat Bima, sedang menabur sesuatu di tempat dimana Widya

biasa duduk.

Nur, yang selalu membersihkan bunga-bungaan itu. aneh, namun kelakukan Bima semakin membuat Nur penasaran.

namun, masalah tidak hanya berhenti di Bima saja, melainkan sahabatnya Widya.

setelah maghrib, Nur pergi ke dapur untuk minum, saat, ia melihat Widya menatapnya.

wajahnya kaget dan bingung melihat Nur, "lapo Wid?" tanya Nur yang juga kaget dan bingung.

mata mereka saling bertemu, namun, hanya untuk saling mengamati satu sama lain.

ketika Nur mendekati Widya, tiba-tiba Widya berlari ke kamar, lalu kembali menemui Nur, matanya tampak seperti barusaja melihat setan.

"onok opo toh asline?" (ada apa sih sebenarnya?) tanya Nur.

Nur melihat tangan Widya sampai gemetaran,

Nur tidak tahu, kenapa Widya menjadi seperti ini, sampai pertanyaan Ayu, membuat Nur terhenyak dan menyadari anak-anak semua berkumpul disana.

"ramene, onok opo toh" (ramai sekali, ada apa sih) tanya Ayu.

"gak eroh, cah iki, di jak ngomong ket mau, meneng tok" (tidak tahu, anak ini, di ajak ngomong diam saja daritadi)

"lapo Wid?" (kenapa Wid?) tanya Wahyu yang mendekati.

"tanganmu kok sampe gemetaran ngene, onok opo seh asline?" (tanganmu kok sampai gemetar begini, ada apa?)

kata Anton tidak kalah penasaran.

"Nur jupukno ngombe kunu loh, kok tambah meneng ae" (Nur ambilkan air minum gitu loh, kok malah diam saja)

kaget mendengar teguran Anton, Nur lalu mengambil teko air, dan memberikanya pada Widya, disini hal mengerikan itu terjadi..

ketika Widya meneguk air dari teko yang sama dengan teko yang Nur minum tadi, tiba-tiba Widya berhenti meneguknya, membiarkan air itu berhenti di dalam mulutnya, lantas, Widya kemudian memasukkan jemarinya ke dalam mulut, dan darisana, keluar berhelai-helai rambut hitam panjang.

Nur dan yang lainya terperangah manakala Widya menarik sulur rambut itu dengan tanganya, tidak ada yang bisa berkomentar,

lalu, Widya memeriksa isi teko, disana, semua orang melihat, didalamnya, ada segumpal rambut hitam panjang didalamnya.

insiden itu membuat Widya memuntahkan isi perutnya, di tengah ketegangan itu, Anton tiba-tiba berucap "Wid, awakmu di incer ya, nek jare mbahku, lek onok rambut gak koro metu, iku nek gak di santet yo di incer demit"

(Wid, ada yang ngincar kamu ya, kalau kata kakekku, bila tiba- keluar rambut entah darimana, biasanya kalau tidak di santet ya di incar setan)

ucapan Anton, membuat suasana semakin tidak kondusif, ditengah kepanikan itu, tiba-tiba Nur, teringat dengan sosok penari yg ia lihat

"Wid, opo penari iku jek ngetutno awakmu, soale ket wingi, aku gorong ndelok nang mburimu maneh" (Wid, apa penari itu masih mengikuti kamu, soalnya dari kemarin, aku belum melihatnya lagi) ucapan spontan Nur, membuat semua orang mengerutkan dahi, sehingga Nur akhirnya diam.

setelah kejadian itu, Nur merasa bersalah, sehingga ia mencoba menjauhi Widya, disini, tanpa sengaja, Nur mencuri dengar suara seseorang yang tengah berteriak satu sama lain

Nur terdiam untuk mendengarkan

rupanya, suara itu berasal dari Ayu dan Bima,

untk apa mereka berkelahi

ada satu kalimat yang paling di ingat oleh Nur, adalah, kalimat ketika Bima mengatakan.

"nang ndi Kawaturih sing tak kek'no awakmu, aku kan ngongkon awakmu ngekekno nang Widya seh!!! kok arek'e gorong nerimo iku!!"

"dimana mahkota putih yang aku serahkan sama kamu aku kan sudah nyuruh kamu memberikanya kepada Widya!! kok dia belum nerima benda itu!!"

Nur tidak memahami maksud mahkota putih itu, namun, Nur mengerti, ada sesuatu, diantara mereka. semenjak kejadian itu... Lanjut ke Part 6

Posting Komentar untuk "Cerita Horor : KKN di Desa Penari, Versi Nur | Part 5 "