Cerita Horor : KKN di Desa Penari, Versi Nur | Part 8

Foto : Twitter / @SimpleM81378523 (edit: riandi96).
Hai sobat semuanya. Bagi yang belum baca cerita ini dari Part 1 (silahkan di klik dan baca dulu, biar nyambung dari awal jalan ceritanya). Nah dibawah ini masih merupakan kelanjutan dari yang Cerita Horor : KKN di Desa Penari, Versi Nur | Part 7

Sejak awal, Widya juga yang paling aneh di tempat ini.

"aku gak isok ngomong Wid, penjelasane ruwet, tapi, aku wes keroso ngene iki ket mondok," kata Nur, "Ghaib iku nyata Wid"

(aku gak bisa jelaskan secara spesifik, tapi, aku sudah merasa begini sejak mondok, yang jelas, ghaib itu nyata Wid)

"awakmu onok sing jogo ya?" (kamu ada yang jaga ya?) tanya Widya, yang membuat Nur semakin kaget, bingung harus menjelaskanya, ia harus mengingat bahwa sebelum keluar dari pesantren, banyak temanya yang bilang, setiap malam, Nur terbangun dan melafaldzkan doa yang bahkan-

sangat susah di hafal oleh santri pondok saat itu.

teman-temanya sampai memanggil guru mereka, agar Nur di ruqiah, namun, guru Nur menolak, beralasan bahwa, selama tidak menganggu keimanan Nur, di biarkan saja, daripada menjadi boomerang untuk Nur, bahkan,

guru Nur sudah berulang kali menjelaskan bahwa, ia harus tetap mengimankan kepercayaanya, tidak perlu memperdulikan jin model apa yang mengikutinya selama ini.

si guru memanggil jin itu dengan nama "Mbah dok" karena berwujud wanita tua.

tanpa Nur sadari, itu adalah kali pertama ia bisa bicara lagi sama Widya setelah lama, ia seolah saling menjauhi satu sama lain, Nur menceritakan semuanya, pengalaman di pondok hingga ia keluar darisana, kecuali, insiden ganjil di tempat ini, Nur masih menyimpanya sendiri.

karena Nur percaya, Widya punya apa yang ia cari selama ini, meski itu hanya asumsi, namun, ia yakin, Widya memilikinya.

hingga, kesempatan itu muncul, Nur, melihat kamar, tanpa ada satu orangpun, Ayu dan Widya mengerjakan proker mereka, Nur membuka almari, mengeluarkan isi tas Widya.

ia membongkar semuanya, mencari hingga ke celah terkecil di tas yang Widya bawa, semua persedian yang ia bawa tak luput dari pencarianya, sampai, Nur akhirnya menemukanya.

sebuah logam melingkar, dengan bentuk ukiran dari kemuning, bentuknya indah layaknya-

sebuah perhiasan, tidak hanya itu, di tengahnya, ada batu mulia berwarna hijau, dengan wajah bingung, Nur bergumam sendiran "Kawaturih" itu, bagaimana bisa ada pada Widya.

melihat itu, Nur sudah hilang kesabaran, ia membongkar isi tas Ayu, mengambil selendang hijaunya, 2 benda itu, Nur simpan pada sebuah kotak kayu yang ia temukan di pawon (dapur) tempat biasa untuk menyimpan bumbu masakan, tidak hanya itu, Nur menutupinya dengan kain putih, yang-

di dalamnya, ada kitab agamanya. Nur menyembunyikan tepat di bawah meja kamar, tertutup taplak meja. lalu, Nur pergi mencari Ayu,

setelah menemukan Ayu di tempat proker, Nur menarik Ayu, membawanya menjauh sebelum menampar wajahnya sampai Ayu, tidak bisa bicara apa-apa.

"gak waras koen yo, barang ngunu mok deleh nang tas'e Widya!! cah edan, kate makakno Widya koen yo, gak cukup ambek masalahmu opo!!" (gak waras kamu ya, barang seperti itu, sengaja di taruh di tas Widya!! orang gila, mau kamu umpankan Widya ya, apa gak cukup sama masalahmu!!)

"jelasno kok isok-isokne awakmu tego, yo opo penjelasanmu isok nduwe barang-barang gak bener iku?!" (jelaskan kok bisa kamu tega ya, gimana penjelasanmu kok bisa punya barang seperti itu)

"barang opo to Nur?!" (barang apa sih Nur?) tanya ayu.

"selendang hijau iku"

Ayu yang mendengar itu tampak kaget.

"kok isok awakmu eroh Nur, awakmu kelewatan mbongkar barang pribadine wong liya yo" (kok bisa kamu tahu, kamu itu kelewatan kok bisa bongkar barang milik orang lain)

"sak iki, melu aku nang pak Prabu, ayok" (sekarang, ikut aku ke pak Prabu)

Nur menarik Ayu, menyeretnya kuat-kuat, namun Ayu menolak sebelum ia mengatakanya.

"aku di kongkon ndeleh iku, gawe gantine selendang iku" "selendang sing nggarai Bima gelem mbek aku"

(aku disuruh naruh benda itu, sebagai pengganti selendang itu, selendang yang bikin Bima mau)

"sopo sing ngekek'i iku?" (siapa yang ngasih itu?) tanya Nur, namun Ayu menolak mengatakanya.

"sopo kok!!" (siapa kok!!)

Ayu tetap menolak, bahkan sampai Nur mengatakan apa perempuan yang juga Bima temui yang menyuruhnya, ekspresi Ayu tampak kaget mendengarnya,

Ayu mengatakan bahwa ia tidak tahu menahu siapa perempuan itu, dan siapa yang memberinya juga tidak ada hubunganya sama perempuan itu, bahkan sekalipun, Ayu tidak pernah bertemu perempuan yang di katakan Bima sangat cantik itu

Nur menyerah, namun firasat buruknya, semakin terasa

(ada hal ganjil disini, yang Nur sadari di kemudian hari, orang atau makhluk yang memberi Nur selendang ini, siapa?

sampai akhir cerita ini belum dipecahkan, bahkan dari saat gw bicara sama mbak Nur, beliau hanya berasumsi, namun tidak berani mengatakan)

puncaknya, adalah setelah malam panjang itu. disini, petaka yang paling di takutkan oleh Nur, terjawab.

Nur terbangun ketika subuh, ia tersentak saat mendengar Widya menangis, tangisanya sangat keras sampai Nur terkesiap lalu terbangun dari tidurnya

saat ia melihat, apa yang membuatnya terbangun, Nur melihat Ayu, dengan mata terbuka, ia mengangah, seperti mau mengatakan sesuatu


belum berhenti sampai disana, Nur tidak menemukan Widya di tempatnya, hal itu, membuat Nur menjerit sehingga Wahyu dan Anton merangsek masuk dengan wajah khawatir.

"onok opo Nur? (ada apa Nur?)

"Widya ilang mas" (Widya hilang mas)

Wahyu dan Anton terhenyak sesaat, sebelum-

"Bima yo gak onok nang kamar loh"(Bima juga gak ada di dalam kamar) kata Anton buru-buru,

sontak, semua mata memandang Ayu, Wahyu terhentak bingung.

"Ayu kenek opo Nur" (Ayu kenapa Nur)

"celukno pak Prabu!!" (panggilkan pak Prabu)

Anton yang mendengarnya langsung pergi.

"yu, tangi yu!!" (yu ayok bangun yu) namun, Ayu masih sama, ia hanya melihat langit-langit, Nur manah mulutnya agar tertutup, namun, ia terus mengangah, Wahyu yang melihat tidak bisa berbuat apa-apa.

"Cok onok opo seh iki" (asem, ada apa sih ini)

"celokno warga ojok ndelok tok!" Wahyu pun ikut pergi, Nur terus... Lanjut ke Part 9

1 komentar untuk "Cerita Horor : KKN di Desa Penari, Versi Nur | Part 8"

  1. Pelajaran yg dapat di ambil sekaligus pesan terkait kisah tersebut ialah sebagai tamu sebisa mungkin menjaga etika, sopan santun, tata krama, sikap dan apapun itu. Tidak di benarkan untuk berbuat sesuatu dimana tuan rumah tidak senang akan hal yg kita lakukan. Akhlak perlu di jaga, terakhir dekatkan diri kepada Allah, yakinlah bahwa Allah selalu mengawasi.

    BalasHapus