Cerita Horor : Sosok Wanita Penunggu Rumah Nomor 13 | Bagian Pertama

Rumah nomor 13 itu seperti tak berpenghuni tapi ada aktivitasnya. Menyeramkan (Foto : Ilustrasi rumah kosong/Istimewa)
Halo sobat semuanya. Seperti biasa kali ini saya mau membagikan sebuah kisah horor yang ceritanya lumayan panjang sehingga harus dibagi menjadi beberapa part atau bagian, untuk menyusul di postingan selanjutnya.

Cerita horor ini menceritakan tentang sebuah rumah yang bernomor 13, persis dibelakang rumahnya yang punya cerita. Nah diceritakan ada beberapa peristiwa yang bikin bulu kuduk naik dan bikin merinding. Penasaran seperti kisahnya? Yuk kita simak langsung dibawah ini...

Dikutip dari GenPI.com pada Kamis (15/8/2019). Diceritakan, nama ku sebut saja Jen. Aku masih ingat betul kala pertama ayah dan ibu membeli rumah di salah satu komplek di Bekasi ini. Terletak di antara Pondok Gede - Jatiasih, perumahan ini kerap dilanda banjir.

Herannya, ayah dan ibu betah banget lantaran hanya rumah ini yang terjangkau dengan keuangan mereka. Dan itu tahun 1996. Aku masih duduk di bangku 2 SMP, sekarang dibilangnya kelas 8, dan harus meninggalkan sekolahku di Jakarta untuk pindah ke Kota Patriot ini.

Komplek yang menurutku menyebalkan. Gak punya tetangga, dong! Ada sih tapi hanya beberapa rumah saja. Namanya komplek, perumahannya saling senderan kayak remaja baru-baru banget jadian. 

Ada pula yang di bagian depan. Maklum, perumahan bank negara itu, lho. Ngeliat bangunannya, lebih banyak yang dikorupsi ketimbang digunakan. Dinding rumahku bisa dipretelin dengan amat mudahnya kalau kita punya kuku panjang. Ah elah, Bu, kenapa harus di sini sih? Aku protes.

Ilustrasi perumahan (Istimewa)

Tapi itu awalnya. Sampai akhirnya aku yang doyan eksplorasi tempat menemukan lapangan yang asyik banget untuk beraktivitas ala-ala mountain bike. Tanahnya merah dan ada bebatuannya. Wuih, pokoknya asyik deh. 
Jadi, komplek perumahan ini memiliki tetangga kampung yang letaknya menanjak. Sumpah enak banget ke sana, hanya sekitar 15 menit dari rumahku dengan bersepeda. Auto habis sekolah bakalan betah banget di tempat itu. 
Dan, kerjaanku tiap hari memang bersepeda keliling komplek juga, lalu ke tanah lapang, lalu komplek perumahan lagi. Begitu terus sampai tukang bubur selesai naik haji. Senyum-senyum tipis sama tetangga. 
Aku dikenal banyak 'bacod' alias sering banget basa-basi dengan mereka. Calon emak-emak ye, kan. Tapi hanya ada satu tetangga yang tak pernah kulihat. Tetangga di rumah nomor 13, yang letaknya persis di belakang rumahku.
Yang kudengar rumah itu dihuni seorang wanita yang memang tak pernah keluar rumah. Cuekin saja lah. Namun beberapa peristiwa penting maha dahsyat yang akhirnya membuat aku selalu trauma bila mengingatnya. Mengingat wanita itu dengan segala keanehan yang menancap di benakku hingga sekarang usiaku hampir kepala 4. Tak bisa semudah itu kulupakan.
Foto: GenPI.co
Peristiwa pertama, tepat dua bulan aku dan keluarga tinggal di rumah itu, ayah dan ibu sempat meninggalkan aku, kakakku, dan adikku yang masih TK di rumah sendirian. Mereka pergi reunian berdua saja di malam minggu, aku lupa tanggalnya. Aku dianggapnya sudah gede sehingga adik diikhlaskan dalam penjagaanku. 
Kakakku bukan orang yang pedulian sama adik. Dengan santainya dia hanya mengunci diri di kamar, gak peduli adikku sudah makan atau belum. Kalau aku saja sih gampang. Masak mie instant juga jadi. Lah, adikku yang kecil? Hellow apa kabar, kak? Ah, daripada gak waras mikirin dia, lebih baik aku membuat makanan untuk adikku. Mie instant dulu ya, dek. Maaf kalau di masa depan kamu akan dikenal sebagai generasi micin.
Aku beranjak ke dapur yang memiliki sekitar 4 atap bukaan dan hanya dilapisi plastik tebal bening. Jadi langsung menatap langit. Terkadang aku suka ngayal, ada yang mengintip dari sana. Entah orang, binatang, atau bukan keduanya. Kok agak merinding? Ah, buru-buru kulenyapkan pikiran aneh tersebut. Fokus masak mie instant. 
Kelar memasak mie, kumatikan kompor. DUGGG! Mendengar tembok belakang rumahku yang menempel dengan dinding wanita nomor 13 berbunyi keras sekali. Seperti dihantam benda tumpul. Kenapa gak roboh? 
Karena dua lapis. Dinding rumahku dan rumahnya. Jantungku berdetak kencang. DUGGG! Terdengar lagi suara yang sama, sampai 3 kali. Aku tak bergerak. Mau pingsan malu sama adik. Tapi itu suara apa, ya? Suaranya berhenti. Pelan-pelan kulangkahkan kaki dekat tembok dan mencoba menempelkan telingaku ke dinding belakang. Lalu ....
Bersambung ke Bagian Ke 2

Posting Komentar untuk "Cerita Horor : Sosok Wanita Penunggu Rumah Nomor 13 | Bagian Pertama"