Cerita Horor : Dia yang Tak Kasatmata Menjelma Jadi Security Kantorku! | Part 2

Siapa security yang bersamaku di lantai 6 dan mengapa dalam sekejap dia sudah ada di lantai dasar bahkan sempat beli kopi?! (Foto : The Predictive Index)
(Foto : The Predictive Index)
Halo sobat semuanya. Nah dibawah ini masih kelanjutan dari Cerita Horor : Dia yang Tak Kasatmata Menjelma Jadi Security Kantorku! | Part 1 yuk kita simak kelanjutannya dibawah ini...

-------------------------------
TERNYATA SUARA ITU BERASAL DARI LORONG DI SAMPING RUANGANKU! Jantungku berdetak hebat. Mana mungkin di hari libur begini ada anak kecil yang datang ke kantor? Entah itu anak siapa, yang jelas aku hanya sendiri di kantor ini. Tidak ada rekan lain, apalagi bawa anak!

Ah, abaikan saja, lah. Rasa takut ini coba ku kendalikan. Perlahan suara pun menghilang.

Namun, beberapa menit kemudian suara tersebut muncul lagi. Kali ini, aku malah menjadi fokus mendengarkan suara tersebut dan mulai melepas keyboard komputer dari jariku. Saat hendak berdiri menghampiri suara tersebut, tiba-tiba BRUK! PEMBATAS KACA DI SEBELAH KANAN MEJA KERJAKU SEPERTI TERBENTUR SESUATU. DEMI TUHAN, NGGAK ADA APA PUN DI SANA!

Hatiku mulai kacau. Aku menarik nafas panjang dan kembali konsentrasi. Prinsip dari mamaku, jangan pernah takut dengan sesuatu yang tak kasat mata sebab jika rasa takut mengendalikan kita, mereka jadi lebih kuat. Oke, siap ma. Nasihat itu akan selalu aku ingat.

Aku pun akhirnya timbul keberanian. Akhirnya aku memutuskan untuk berkeliling ke seluruh lantai 10, termasuk lorong-lorongnya. Saat berkeliling rasanya aneh, aku merasa perjalanan di sepanjang lorong rasanya tidak sampai- sampai lorong seakan benar-benar menjadi panjang.

Tapi yang lebih membuat aku lebih bingung aku tidak menemukan apa pun. Kemana anak kecil tadi?

Saat tidak menemukan apapun, aku tak berusaha untuk mencari tahu lagi itu suara dari mana, hingga akhirnya aku kembali ke ruangan tempat aku sedang menulis naskah. Saat memasuki ruangan rasanya ruanganku terasa lebih hangat rupanya dibandingkan dengan sepanjang lorong tersebut.

Aku pun menarik kursi bersandar dan kembali melanjutkan tulisanku

Tak lama kemudian terdengar suara pintu utama dari ruanganku didorong untuk dibuka sehingga kunci yang menempel dilubang kunci pintu saling beradu menimbulkan suara gemerincing! Oke, saatnya berpikir jernih. Bisa jadi itu security yang sedang patroli tiap lantai.

"Pak, masih ada orang ya di ruangan jangan dikunci dulu," teriakku dari meja, berharap terdengar hingga pintu depan dan security tadi akan membalas ucapanku.

Namun, Tidak ada respons apa pun dan SUARA KUNCI KEMBALI GEMERINCING. PINTU UTAMA PUN BERDERIT SEPERTI ADA YANG MAU MENUTUP. Oke, kali ini ketakutanku bercampur kejengkelan. Jika benar ada security di sana, aku tidak terima dengan keisengan yang dibuat. Aku segera menuju pintu depan.

LANGKAHKU TERHENTI MELIHAT PINTU DALAM KEADAAN TERTUTUP, KUNCI BERGEMERINCING TAPI TAK SATU PUN ORANG DI SANA! BAHKAN KUNCINYA MASIH BERGOYANG!

Tubuhku sejenak menjadi kaku, namun aku tetap tidak bergerak pada posisi itu mataku tertuju pada kunci yang bergoyang. Dengan perasaan yang mulai tidak tenang aku memutuskan untuk pulang.

Aku berbalik badan dan berjalan kembali ke mejaku dengan langkah yang cukup lambat karena sesungguhnya berusaha untuk tidak panik sendiri di ruangan ini. Aku bergegas mengendong tas, membawa jaket, mengulung haeadset dan mematikan komputer untuk segera pulang.

Mendadak bulu kudukku semua berdiri. Entah mengapa rasanya saat memutuskan ingin pulang perasaanku malah semakin tidak tenang, aku pun perlahan mematikan semua lampu dan mengunci pintu.

Saat aku mengunci pintu, AKU MENDENGAR SUARA LANGKAH SEPATU DAN BEBERAPA KUNCI YANG GEMERINCING SERTA SENTER YANG MENGARAH KEPADAKU DARI ARAH KANAN LORONG! DAN, syukurlah, muncul security lengkap dengan seragam, senter, dan kunci banyak tergantung di sabuknya.

Nafasku lega dan cukup tenang, meski kuakui masih deg-degan.

"Duh, pak dari tadi keliling? Saya dari tadi panggil-panggil bapak malah nggak disahutin," omelku pada security tersebut dengan mengerutkan dahi.

Security tersebut hanya menaikan alis dan tersenyum merespons keluhanku. Aku segera menekan tombol tanda panah bawah untuk turun menggunakan lift, bersama dengan security tersebut yang rupanya juga mau ikut turun.

"Lantai berapa non?" tanya security tersebut

"Ke G pak, udahan mau pulang," jawabku santai sambil memainkan handphone

"Abis ngapain? kan semua gelap, genset mati, semua nggak ada yang bisa nyala," dia kembali menyahut ucapanku. Samar-samar di ujung hidung aku mencium bau wangi. Well, bisa jadi itu pewangi lift yang memang terpasang di salah satu dinding lift.

Sejenak aku terdiam kebingungan dengan ucapan dari security itu. Dari mana tidak menyala, aku dan Mas Wahyu bahkan sempat mentransfer video di komputer. Bukti jika aliran listrik di ruangan kami masih bisa digunakan.

Memang, salah satu security di awal aku datang mengatakan, gensetnya rada-rada terganggu. Tapi, ya sudahlah.

Lift pun berhenti di lantai 6. Rupanya security tersebut....

Lanjut Ke Part 3 { Ini merupakan part akhir cerita }

Posting Komentar untuk "Cerita Horor : Dia yang Tak Kasatmata Menjelma Jadi Security Kantorku! | Part 2"