Cerita Horor : Susah Meninggal Karena Ilmu Kanuragan | Part 2 (Selesai)
Setelah disepakati bahwa paranormal itu akan dipanggil pada keesokan paginya, Kakek Bandi pun berpamitan dan pulang. Tinggal kami bertiga duduk di samping tempat tidur nenek.
Aku mendengarnya mengerang tidak jelas. Sebagian tubuhnya kembali bergetar hebat. Tapi aku tidak berhenti membacakan Surah Yasin untuk nenek. Hingga akhirnya aku merasa lelah, dan tertidur di samping tempat tidur nenek.
Keesokan paginya, seusai salat Subuh, aku dan bapak sudah siap berangkat menuju rumah paranormal yang dimaksud Kakek Bandi.
Kami sama-sama mengenakan jaket tebal. Suasana pagi ini benar-benar dingin. Minyak kelapa yang ada di dapur pun sampai membeku dibuatnya.
Sepanjang perjalanan, aku mendengarkan bapak bersenandung lirih di belakangku. Lagunya tidak begitu jelas, tapi sebagian syairnya mengandung bacaan salawat. Aku tidak tahu, apakah itu kebiasaan bapak jika dia diboncengkan.
Matahari sudah cukup tinggi saat kami tiba di daerah itu. Tapi dedaunan di daerah itu masih basah akibat embun pagi.
Benar kata Kakek Bandi, paranormal itu cukup terkenal di daerah tersebut. Itu kami buktikan saat menanyakan alamat Ki Sabdo, paranormal itu, pada warga yang kami temui.
Rumah Ki Sabdo cukup besar, warnanya hijau muda. Halamannya dihiasai dengan patung kerbau berwarna hitam, dengan seorang bocah penggembala duduk di atasnya.
Setelah beberapa kali mengetuk pintu rumah, Ki Sabdo pun muncul. Ki Sabdo mengenakan sarung kotak-kotak dengan surjan (baju adat Jawa Tengah) yang tidak terkancing. Di dalamnya, ada kaus oblong berwarna putih.
Bapak menjelaskan tujuannya menemui Ki Sabdo, dan memintanya agar berkenan datang untuk mengobati nenek.
"Saya mohon bantuannya, Ki Sabdo. Kasihan ibu saya, sudah sepekan lebih kondisinya begitu," ucap bapak.
Ki Sabdo menyanggupi untuk datang ke rumah. Rencananya siang ini, sebelum zuhur, dia sudah ada di rumah. Kami pun berpamitan, dan akan menunggu Ki Sabdo di rumah.
Seperti yang dijanjikan, Ki Sabdo tiba di rumah sebelum zuhur. Saat melihat kondisi nenek, dia terlihat sangat paham apa yang harus dilakukan.
Ki Sabdo mengeluarkan beberapa uba rampe atau perlengkapannya, termasuk satu pedupaan kecil bersama kemenyan dan dupa batang. Lalu dia membakarnya di bawah tempat tidur nenek.
Dia merapalkan mantera, kemudian meletakkan telapak tangannya di atas kepala nenek. Wajah Ki Sabdo tampak tegang. Perlahan keringat dingin muncul pada dahinya. Tangannya bergetar, seolah sedang baku tarik sesuatu dengan orang lain. Lalu, dia menghentikan tarikannya, dan duduk bersila dengan nafas terengah.
Dia mengulang hal itu hingga beberapa kali. Tapi lagi-lagi dia terduduk seperti kehabisan tenaga.
Ki Sabdo mengeluarkan sebilah keris dari dalam tasnya. Lalu memegangnya sambil komat-kamit di samping kepala nenek. Keris itu bergetar, kemudian tercium bau yang sangat wangi, yang entah datang dari mana.
Dia mendekatkan keris itu ke kepala nenek dan kembali melakukan gerakan menarik. Keris itu bergoyang ke kiri dan ke kanan, sementara tangan Ki Sabdo seperti mengikuti gerakan keris tersebut.
Tiba-tiba Ki Sabdo terpental bersama keris itu. Kali ini keringatnya benar-benar bercucuran.
"Nenek ini punya semacam susuk di tubuhnya, tapi saya tidak tahu di bagian mana. Jin penjaga susuk itu sangat kuat. Saya tidak mampu mengeluarkannya," kata Ki Sabdo menyerah.
Ki Sabdo enggan melanjutkan usahanya, karena menurut dia, itu akan sia-sia. Kata dia, tidak banyak orang yang memiliki ilmu kanuragan seperti yang dimiliki nenek. Kemudian dia meminta maaf sebelum pulang.
Aku bersama bapak dan kakek tidak menahannya pulang, karena kami yakin bahwa usaha Ki Sabdo akan sia-sia.
Tiba-tiba aku teringat pada mantan guruku, Pak Umar. Pak Umar kerap dimintai tolong untuk merukyah orang yang mengalami gangguan jin.
Pak Umar tinggal tidak jauh dari desaku. Sejak pensiun, dia fokus untuk merukyah dan berdakwah. Dia melakukannya secara ikhlas, tanpa meminta bayaran sepeser pun pada warga yang ditolongnya.
Aku segera meneleponnya dan meminta kesediaannya untuk mengobati nenek. Pak Umar menyanggupi permintaanku. Tapi dia baru bisa datang setelah Ashar, karena sepeda motornya dipakai oleh istrinya.
Aku tidak kehilangan akal, dan bergegas menuju rumahnya untuk menjemput Pak Umar.
Setengah jam kemudian, aku sudah kembali berada di rumah bersama Pak Umar.
"Iya, benar yang tadi kamu sampaikan. Nenek ini dalam gangguan jin, karena dia menggunakan susuk di dalam tubuhnya," kata Pak Umar.
Pak Umar meminta izin untuk mengambil air wudhu. Setelah berwudhu, dia kembali ke kamar nenek, lalu membacakan ayat-ayat rukyah.
Nenek tampak tidak senang mendengar suara Pak Umar melantunkan ayat-ayat itu. Matanya menatap liar pada Pak Umar. Tatapan itu seperti bukan tatapan nenek.
Lalu nenek berteriak melengking sambil meronta-ronta. Kepalanya dibentur-benturkan pada tempat tidur, sambil digeleng-gelengkan cepat.
Tak lama sesudahnya, nenek terdiam, dan muntah. Dia memuntahkan sebatang ranting kecil dari mulutnya, hampir bersamaan dengan keluarnya sebatang emas berukuran kecil dari mulut nenek, serta seekor ular kecil berwarna hitam.
Beberapa menit setelah barang-barang itu dimuntahkan oleh nenek, nafasnya tiba-tiba seperti orang mendengkur. Lalu nenek terdiam tanpa sempat mengucapkan apapun. Nenek pun meninggal setelahnya.
~SELESAI~
Nah demikilah Cerita Horor : Susah Meninggal Karena Ilmu Kanuragan, Semoga bisa diambil hikmahnya.
Posting Komentar untuk "Cerita Horor : Susah Meninggal Karena Ilmu Kanuragan | Part 2 (Selesai)"