Cerita Horor : Menembus Batas Waktu Bersama Kakek Misterius Di Gunung Lawu | Part 1
Foto : Internet |
---------------------------------------------
Tulisan yang kalian baca ini adalah pengalaman kakakku sebut saja kak wahyu
Pengalaman yang nggak akan terlupakan ini bermula karena rencana yang berubah dari rencana awal mereka. Karena memang nggak ada rencana sedikit pun untuk mendaki Gunung Lawu, soalnya rencana mereka itu tadinya hanya ke telaga Sarangan, Magetan, Jawa Timur dan Grojogan Sewu di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Makanya mereka nggak membawa perbekalan mendaki, karena sama sekali nggak ada rencana untuk itu.
Rencana awalnya yang mereka rembug jauh hari sebelumnya, mereka berangkat pagi buta dari Tuban (kebetulan kakakku sedang berlibur dirumah temannya di daerah sana) dengan asumsi sebelum tengah hari sudah sampai telaga Sarangan. Namun apa hendak di kata, rencana tinggal rencana. Salah satu rekan kak wahyu agak kesulitan mendapatkan ijin dari tempat dia bekerja, hingga baru pukul 11 siang mereka baru bisa bertolak berangkat ke tujuan.
Karena mobil masih longgar untuk rombongan awal mereka yang hanya 6 orang, maka kak wahyu iseng ngontak sahabatnya sebut saja kak alex yang tinggal disana juga. Siapa tau dia nggak ada kegiatan, dan salah satu pertimbangannya selain kak alex suka main pun seenggaknya bisa gantian nyetir juga, alhamdulillah untungnya kak alex bisa, kemudian mereka pun langsung berangkat.
Perjalanan yang waktu itu diringi hujan semenjak dari Bojonegoro menuju Ngawi tapi nggak mengurangi keceriaan mereka. Meskipun perjalanan agak sedikit terlambat, karena memang waktu itu jalan Padangan menuju Ngawi dalam tahap pengecoran. Agak terlambat dari perkiraan mereka untuk sampai ke telaga Sarangan lebih cepat. Mereka baru sampai Plaosan waktu sudah menunjuk pukul 16.30 sore. Jadi rencana ke telaga Sarangan mereka urungkan dan bersepakat langsung ke Tawangmangu. Lagi pula waktu itu hujan sangat lebat.
Karena seharian belum sempat mengisi perut, tak jauh dari kawasan Cemoro Sewu mereka berhenti sejenak untuk cari makan dan tentu saja ‘ngopi’. Nggak lupa mereka juga memesan kopi untuk bekal yang kemudian mereka tuang dalam termos untuk bekal begadang, mereka pun bersiap meneruskan perjalanan. Entah kenapa, sebelum sempat mereka meneruskan perjalanan malah beberapa kawan kak wahyu mengajak naik ke Gunung Lawu. Lagi² rencana berubah. Setelah terjadi perdebatan yang lumayan alot, karena pertimbangan ada beberapa kawan kak wahyu yang belum pernah naik lawu, akhirnya mereka sepakat untuk naik ke Gunung Lawu. Tanpa bekal yang memadai. Alias Nekat.
Saking antusiasnya, hujan yang waktu itu masih menyisakan rintiknya nggak menyurutkan niat mereka, ibarat kata semangat mereka pada waktu itu adalah semangat juang 45. Beberapa kawan kak wahyu terlihat sangat antusias untuk mendaki. Sayangnya, nggak semua di antara mereka terlatih atau seenggaknya pernah mendaki gunung sebelumnya. Hanya kak wahyu dan dua teman yang lain yang pernah mendaki gunung sebelumnya, ya meski pun bukan seorang pendaki yang sangat terlatih.
Berbekal sedikit informasi dari petugas jagawana yang ada di pos Cemoro Sewu, selepas sholat maghrib mereka bertujuh menembus hujan naik ke gunung Lawu. Menyusuri jalan setapak yang sudah di beri batuan gunung, mereka berandai² jika perjalanan sampai ke puncak Lawu akan bisa mereka tempuh dalam beberapa jam kedepan. Pekat malam, dan mereka hanya berbekal satu lampu senter.
Suka nggak suka mereka lebih banyak berjalan di dalam gelap, mereka harus berhemat dengan baterainya. Kira² satu jam perjalanan mereka sampai di pos istirahat. Beberapa kawan kak wahyu yang belum pernah naik Lawu mengira itu adalah Pos 1. Ketika kak wahyu kasih tau jika itu pos bantu dan pos 1 masih 1 jam lagi perjalanan. Ada dua kawan kak wahyu sepertinya nyalinya mulai ciut, antara meneruskan perjalanan atau mengajak kembali turun. Sedang bekal air pun tinggal setengah botol.
Kata kak wahyu memang benar adanya, banyak hal yang aneh² di dalam gunung Lawu. Mulai dari burung merpati putih yang mengikuti mereka semenjak dari pintu masuk Cemoro Sewu. Padahal waktu itu hujan. Lah ngapa itu burung hujan²nan ria. Gamang juga meski bertujuh. Sesekali di sekitar lembah juga sepeti ada orang yang sedang tertawa, membuat mereka begidik. Seperti ada keceriaan di sana. Mereka hanya saling pandang, tapi lagi² kalah sama tekad yang sedikit dipaksakan. Atau bisa jadi ada satu pertimbangan kapan lagi naik ke Lawu jika nggak sekarang.
Ada yang aneh pada permulaan perjalanan itu, yakni ketika mereka berhenti di jalan yang agak landai dan lumayan lapang, ada beberapa pohon pinus tua yang tumbang, termos yang berisi kopi tiba² saja berpindah tempat dari tempat mereka beristirahat. Kawan kak wahyu yakin dia nggak menaruhnya di situ. Tapi disamping tasnya kemudian ditinggal buang air kecil. Kejadian ini pun membuat mereka bertanya² meski kemudian mereka berasumsi jika kawannya tadi cuma bercanda. Walaupun dia sudah bersumpah nggak meletakkan termos tersebut di tempat mereka temukan. Mereka hanya berprasangka baik saja, walaupun sebenarnya hati mereka masih diselimuti tanda banya besar, ini ada apa?
Alam rupanya masih saja kurang bersahabat pada kak wahyu dan kawan², hujan kian lebat. Alhamdulillah, meski dengan susah payah akhirnya mereka sampai juga di Pos 1. Mereka istirahat. Nah, ditengah mereka istirahat di Pos 1 ini, mereka mendapat informasi dari beberapa orang pendaki yang turun dari puncak untuk mengurungkan niat naik malam itu. Kak wahyu dan kawan²nya disarankan untuk naik pada pagi harinya, karena cuaca di atas sangat ekstrim.
Mendapati informasi yang demikian, kak wahyu dan kawan²nya sepakat untuk bermalam di pos 1. Lagi pula di pos 1 tersebut ada warung dan mereka bisa membeli bekal untuk di bawa ke puncak esok harinya. Warung tersebut buka dari pagi dan tutup menjelang maghrib. Berbekal makanan ringan yang tak seberapa yang sempat mereka beli di perjalanan mereka pun bermalam di pos 1. Dan dari sinilah keanehan dimulai……..
Karena kak wahyu dan kawan²nya berencana bermalam, di Pos 1 mereka langsung berbagi tugas, ada yang bertanggung jawab membersihkan lokasi, dan sebagian mencari kayu bakar. Tapi mustahil mereka mendapatkan ranting yang kering pada saat hujan seperti itu. Meski sebenarnya itu bukan tugas kak wahyu karena kak wahyu kebagian tugas yang lain, tapi karena 3 kawannya nggak mendapatkan kayu yang kering dan kembali dengan tangan hampa. Akhirnya kak wahyu dan kak alex berinisiatif mencari kayu bakar di sekitaran warung di bawah pos 1 tempat mereka bermalam.
Namun sial, nggak satu dahan dan ranting kering pun kak wahyu dan kak alex temukan. Terdorong rasa jengkel dan kebutuhan penting untuk menghilangkan hawa dingin. Kak wahyu dan kak alex pun semakin menurun ke lembah dibelakang warung tersebut. Lagi² semua kayu yang mereka temui basah lagi pula besar² dan mustahil mereka bawa
Karena sudah kepalang tanggung, kak wahyu dan kak alex pun lebih turun lagi ke lembah yang dipenuhi pohon pinus tersebut. Apalagi hujan sudah reda beberapa saat yang lalu dan itu memudahkan mereka, Syukur alhamdulillah, setelah agak masuk ke hutan pinus tersebut mereka akhirnya menemukan ranting² yang lumayan kering. Hal itu cukup menggembirakan mereka. Ketika kak wahyu dan kak alex sedang memunguti ranting² tersebut, mereka nggak tau datangnya tiba² ada seorang kakek² mengejutkan mereka dengan tegurannya, entah tepatnya pada siapa, mungkin mereka berdua.
“Golek kayu dinggo opo toh, Lee (cari kayu untuk apa toh, Nak)?” tanya kakek tersebut.
Tak ayal, hal itu membuat mereka saling pandang. Jujur, waktu itu kak wahyu sangat terkejut dengan kehadiran si Kakek yang tiba². Tapi karena kak alex diam saja mendapat pertanyaan dari si kakek , walaupun dia lebih dekat dengan kakek tesebut, malah kak wahyu yang menjawab pertanyaan si kakek.
“Kangge berdiang, Mbah! Kulo sak konco sipeng teng inggil ngriku, teng Pos setunggal” (Untuk perapian, Mbah! Saya dengan teman² menginap diatas sana, di Pos 1)”
“Lho kayu teles ngono kok arep dinggo berdiang, opo yo iso murup” (Lah kayu basah gitu kok mau dibuat berdiang, apa ya bisa nyala)?”
“Lah wontene kajeng nggih niki, Mbah! Nggih mangke sak saget-sagete diurupaken” (Adanya kayu ini, Mbah! Ya nanti diusahakan dinyalakan)?” jawab kak wahyu berbasa basi, walaupun sebenarnya kak wahyu juga membayangkan betapa susahnya menyalakan kayu yang mereka dapatkan itu.
“Wis ngene wae, Lee! Ayo melu nang omahe Mbah, Mbah duwe kayu bakar akeh tur garing². Mengko yen mbok nggo berdiang cepet murup. Piye, gelem ora kowe?’ (Sudah gini saja, Nak! Ayo ikut Mbah, Mbah punya kayu bakar banyak lagian sudah kering². Nanti kalau kamu buat perapian cepet nyalanya. Gimana, mau nggak kamu)?
Lanjut ke Part 2 (Silahkan Di Klik)
Posting Komentar untuk "Cerita Horor : Menembus Batas Waktu Bersama Kakek Misterius Di Gunung Lawu | Part 1"